Langsung ke konten utama

Untuk Dia



Setiap manusia pasti memiliki penggambaran kesenangannya sendiri, setiap kali mengingatnya seberapa lebar jarak hanya akan menjadi bias diatara mereka. tak terbatas ruang dan waktu ketika hati telah menjadi satu dalam rasa.

Aku tak mampu menyusun dan menulis kata, terkait rasa yang ada saat ini. karena memang rasa ini tak mampu di bentuk dalam kata sehingga dia menjadi kabur.

Rasa selalu tersimpan dalam kenangan, saya tidak punya kekuatan atau kesaktian untuk merumuskan rasa itu. karena memang rasa ini bukan karena saya ke dia atau dia kesaya. tapi satuan utuh yang kami rasa, dia dan saya yang termanifestasi dari peleburan jarak.

Dalam taman para pemilik rasa, air mata hanya memiliki alasan untuk ada karena bahagia. setiap hal akan menjadi indah, setiap tanah menjadi taman-taman, setiap jejak menjadi kenangan yang mengikat.

pengalaman tentang rasa, membawamu menjadi sedikit aneh irasional. setiap waktu dilewati tanpa disadari. setiap tanggal terlewati layaknya sedang rontok dari kalender namun menjadi bunga yang menghias. karena rasa memiliki satuan penggabung. dimana asa, rasa dan doa menjadi munajat sepasang kekasih dalam mengingat DIA.

Komentar

Tulisan Populer

JANGAN MENGUTUK SEPI DI TENGAH KERAMAIAN

Merasa sepi adalah bagian dari esensi kepemilikan rasa oleh manusia, namun terkadang perasaan sepi menjadi bagian penghalang terhadap sesuatu yang lebih produktif. Perasaan sepi setidaknya pernah dirasa oleh setiap manusia. Berbagai macam alasan bisa muncul dari adanya perasaan sepi ini, mulai dari sesuatu yang termiliki hingga sesuatu yang menyangkut posisi keberadaan makhluk. Namun perasaan sepi dimaksud disini adalah perasaan sepi yang lain, bukan karena kesendirian disuatu tempat, tapi lebih menyangkut sesuatu yang termiliki dalam rasa (baca: hati).

Nyanyian Bocah Tepi Pantai

Gambar disini Diantara bagian pulau yang menjorok kelaut, terselip sebuah kehidupan manusia sederhana. Bocah-bocah manusia yang menggambar masa depannya melalui langkah-langkah diatas pasir, mempelajari kehidupan dari nyanyian angin laut, dan menulisakan kisah melalui deburan ombak yang mengajari menggaris tepi daratan dengan buihnya. Hari-harinya dilakukan dilaut, berkomunikasi dengan laut sekitar. Setiap hal diberikan oleh laut, kecuali sesuatu yang selalu dinantikan mereka, sesuatu yang selalu dinanti anak manusia dalam hidup, dan menjadi kehidupan bagi generasinya mendatang, yakni sesuatu yang berwujud kesempatan. Kesempatan yang disebut kasih sayang Ina’ [1] mereka.