Langsung ke konten utama

Siapa Pemimpinmu?, Siapa Atasanmu?

Pernah anda menyadari tentang tema pemimpin dan atasan itu yang mana?. Sebagian orang menganggap bahwa pemimpin itu sama saja dengan atasan. Secara objek pemimpin dan atasan boleh jadi sama, namun secara substansi tentu sangat berbeda.

Terlepas dari itu, Topik ini memang cukup memiliki daya pikat tersendiri, apalagi diskusi ditemani kopi dan beberapa potong roti bakar. Tapi tanpa asap rokok, iye?.

Sekarang begini, mari kita membangun pemahaman tentang ini dari tulisan yang langsung saya sadur dari buku karya Rhenald Kasali berjudul Reinventing (2016). Setidaknya kita bisa sama-sama bukan saja memiliki pemahaman tentang ini, namun juga sadar tentang siapa pemimpin dan atasan kita.

Saya beranggapan topik ini berkenaan dengan karakter seseorang. Dalam studi atau kajian kepemimpinan seseorang di pandang sebagai pemimpin tidaknhanya berkenaan dengan siapa orangnya? Atau bagaimana ciri-ciri fisiknya?, namun apa yang dilakukannya dan bagaimana karakternya.

Rhenald Kasali (2016) melihat ada dua isu besar tentang kepemimpinan. Pertama; kita punya atasan, tapi tidak punya pemimpin. Kedua; kita punya banyak pemimpin, tetapi miskin kepemimpinan.

Kita bisa dengan mudah menemukan mana atasan dan mana pemimpin. Silahkan bertanya pada diri sendiri dulu sebelum lanjut, saat ini saya dipimpin oleh seorang atasan atau seorang pemimpin?

Ciri-cirinya sederhana ;
Pertama, pemimpin selalu menjadi orang pertama yang bertanggungjawab. Di sini, bertanggung jawab bukan sekedar berani mengakui dirinya bersalah, namun juga berani menanggung segala resikonya. Dia selalu berada didepan jima ada masalah.

Bagaimana dengan atasan?, justru sebaliknya. Kalau ada yang salah, dia malah sibuk mencari tempat sembunyi dan sibuk mencari-cari siapa yang bisa disalahkan. Pokoknya jangan sampai dia yang disalahkan, harus orang lain. Namun jika berprestasi, dia sibuk tampil didepan.

Kedua, pemimpin tidak pernah berusaha agar dirinya menjadi yang terbaik. Justru dia senantiasa memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk berkembang. Kalau atasan, sebaliknya dia malah selalu berusaha terlihat terbaik dari bawahannya.

Ketiga, pemimpin biasanya rendah hati serta tidak segan berbaur dengan bawahannya namun bersungguh-sungguh dalam bertindak. Kalau atasan, selalu menjaga image-nya jika bersama bawahannya.

Keempat, pemimpin tidak memikirkan kepentingan dirinya sendiri, melainkan kepentingan tim atau bahkan kepentinga  bersama. Dia mampu meredam ambisi pribadinya. Sedangkan atasan, tentu saja sebaliknya.
Kelima, pemimpin selalu demokratis. Keputusan diambil secara musyawarah dalam mengambil keputusan. Sedang atasan selalu mengambil keputusan sendiri.

Keenam, pemimpin yang baik tidak pernah berhenti menempa dirinya sendiri dan organisasinya agar mendapatkan hasil terbaik. Kalau atasan, dia akan cepat puas terhadap pencapainnya.

Itu adalah beberapa point yang dikemukakan oleh Rhenald Kasali tentang pemimpin dan atasan. Namun saya menambahkan satu hal tentang ini, yakni pemimpin yang baik adalah pemimpin yang adaptif terhadap perubahan.

Dalam pengertian sederhanannya, pemimpin dengan karakter seperti ini selain memiliki kemampuan untuk menangkap spirit perubahan juga kemudian senantiasa menyadari untuk memanfaatkan perubahan demi kepentingan organisasinya.

Sedangkan atasan, cenderung terperangkap dengan masa lalu. Yang pada gilirannya, dia cenderung curiga terhadap inovasi yang lahir dari bawahannya.

Sekarang, mari kita menjawab pertanyaan tadi. Saat ini, bos saya itu seorang pemimpin atau atasan?. Silahkan dijawab sendiri berdasar indikator diatas.

#RoenaBuriya
#latihanmenulis
#merapikangagasan
#23.57wita

Komentar

Tulisan Populer

JANGAN MENGUTUK SEPI DI TENGAH KERAMAIAN

Merasa sepi adalah bagian dari esensi kepemilikan rasa oleh manusia, namun terkadang perasaan sepi menjadi bagian penghalang terhadap sesuatu yang lebih produktif. Perasaan sepi setidaknya pernah dirasa oleh setiap manusia. Berbagai macam alasan bisa muncul dari adanya perasaan sepi ini, mulai dari sesuatu yang termiliki hingga sesuatu yang menyangkut posisi keberadaan makhluk. Namun perasaan sepi dimaksud disini adalah perasaan sepi yang lain, bukan karena kesendirian disuatu tempat, tapi lebih menyangkut sesuatu yang termiliki dalam rasa (baca: hati).

Nyanyian Bocah Tepi Pantai

Gambar disini Diantara bagian pulau yang menjorok kelaut, terselip sebuah kehidupan manusia sederhana. Bocah-bocah manusia yang menggambar masa depannya melalui langkah-langkah diatas pasir, mempelajari kehidupan dari nyanyian angin laut, dan menulisakan kisah melalui deburan ombak yang mengajari menggaris tepi daratan dengan buihnya. Hari-harinya dilakukan dilaut, berkomunikasi dengan laut sekitar. Setiap hal diberikan oleh laut, kecuali sesuatu yang selalu dinantikan mereka, sesuatu yang selalu dinanti anak manusia dalam hidup, dan menjadi kehidupan bagi generasinya mendatang, yakni sesuatu yang berwujud kesempatan. Kesempatan yang disebut kasih sayang Ina’ [1] mereka.