Langsung ke konten utama

Sederhana, Kisah Cinta Habibie dan Ainun




“ Ainun, Kamu Jelek, Gendut, Itam kayak gula Jawa”
-rudi Habibie-

Sebuah kata yang dilontarkan oleh Habibie, remaja yang dipanggil rudi oleh teman sekelasnya bernama Ainun, kata-kata ini kemudian yang menjadi pengantar dua sejoli ini bertemu dan akhirnya saling suka. Menyaksikan film Habibie dan Ainun, membuat saya menyadari sesuatu, bahwa cinta itu bukan sekedar kata. Karena ketika cinta terkatakan tak akan cukup rangkaian huruf yang dapat menggambarkannya, bahkan kata-kata yang jelek sekalipun ketika diikutkan rasa cinta semuanya akan menjadi indah.


Dalam film ini, selain menyuguhkan kisah percintaan antara Habibie dan Ainun namun diselipkan dengan beberapa lelucon yang dilakukan oleh Habibie dan ini menjadikan kisah percintaan ini semakin indah, ini menurut saya tergantung anda menilainya dari sisi mana. Salah satu adegan yang lucu namun menyentuh adalah salah satunya kalimat pembuka tulisan ini.

Bahkan ketika Habibie datang kerumah Ainun untuk mengajaknya jalan, dirumah ainun ternyata ada 6 orang yang tengah antri untuk melakukan pedekate dengan ainun. Saat itu semuanya datang menggunakan mobil namun dengan pedenya Habibie muda datang dengan naik becak, padahal saat itu dia baru pulang dari jerman untuk berlibur. Ada cerminan kesederhanaan hidup yang dilakoni seorang habibie disini.

Ketika berlanjut dengan jalan-jalan antara Habibie dan Ainun, dan akhirnya Habibie berani menembak Ainun diatas sebuah becak. Habibie mengatakan bahwa dia tidak bisa menjanjikan apa-apa, hanya saja dia berjanji untuk menjadi suami terbaik bagi Ainun. Ketika itu jawaban Ainun pun sederhana, dia mengatakan “saya tidak menjanjikan menjadi istri yang baik buatmu, tapi saya berjanji akan mendampingimu mewujudkan janjimu menjadi suami yang baik”. Kesederhanaan kata yang menurut saya sangat mendalam dalam pemaknaannya.

Kisah hidup mereka setelah menikahpun, tidak jauh dari kesan sederhana. Hidup di Jerman dengan kondisi pas-pasan ditambah dengan Ainun yang tengah hamil. Namun berkat kerja keras dan penemuan Habibie akhirnya mereka dapat hidup dengan baik, dan kemudian juga Ainun yang menjadi dokter anak disalah satu rumah sakit di jerman. Kesederahaan dalam percintaan mereka bukan saja diwarnai dengan saling pengertian dan menguatkan namun juga memberikan gambaran percintaan yang tak lekang oleh waktu.

Hingga kemudian akhirnya mereka berpisah Indonesia dan Jerman, karena Habibie di panggil untuk mengabdi kepada Negaranya Indonesia. seperti janjinya dahulu, bahwa Habibie akan mengabdikan dirinya untuk Indonesia tanah tumpah darah terjcinta. Satu adegan yang menarik ketika Ainun menelepon Habibie di Indonesia, Ainun mengabarkan kalau anak mereka sedang sakit. Dan diakhir telepon Habibie mengatakan “Ainun, apakah kita memikirkan hal yang sama? Saya kangen kamu, ich liebe dich, dan Ainun menjawab ich liebe dich too. Kata ini yang hingga Habibie diangkat jadi Menteri dan akhirnya Presiden selalu menjadi kata rayuan mereka.



Satu hal yang paling berkesan adalah, Habibie tidak pernah sekalipun membantah kata Ainun. Karena dia tahu kalau Ainun adalah bagian dari dirinya, tentunya apa yang dikatakan Ainun adalah kebaikan untuknya. Ainun selalu memberikan perhatian kepada Habibie bahkan ketika kondisinya sekalipun tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja, disebabkan oleh Kanker ovarium yang semakin menggerogoti tubuhnya.

Kesetiaan dan pengabdian seorang istri layaknya Ainun patut menjadi contoh, hal yang paling dia tidak ingini adalah membebankan suaminya dengan kondisinya. Katanya “Bapak sangat dibutuhkan bangsa ini, bagaimana mungkin saya menambah beban bapak, saya harus kuat untuk melayani bapak”. Ainun pun tak banyak menuntut kepada Habibie terhadap janji, namun tetap setia untuk mendampingi Habibie untuk mewujudkan janji itu.

Terakhir adalah ketika penyakit Ainun semakin parah, kanker ovariumnya sudah masuk stadium 4. Maka Habibie langsung membawanya ke Jerman untuk mendapatkan penanganan medis yang baik disana. Namun disitulah juga kemudian Ainun mengakhiri kesetiaannya pada Habibie di dunia. Bahkan ketika sakitpun Ainun masih sempat memperhatikan Habibie yang harus selalu meminum obatnya.

Kesederhanaan dalam cinta yang ditunjukkan keduanya, menjadikan dunia menjadi lebih indah. Saling mengabdi, saling mengerti, saling melayani, saling mengisi, saling menguatkan. Suatu saat kita akan melakoni hal ini, mendekati seperti yang dilakukan Habibie dan Ainun pun sudah cukup. Adegan terakhir dari film ini adalah yang paling sedih, ketika Habibi yang tidak bisa hidup tanpa Ainun harus ikhlas merelakan Ainun. Begitu juga Ainun yang menjalankan hidupnya untuk menemani Habibie untuk mewujudkan janji-janji mereka.



Berikut kata-kata (yang masih saya ingat) antara Habibie dan Ainun :

“Ainun, aku tidak menjanjikan apa-apa kepadamu, tapi aku berjanji untuk menjadi suami yang terbaik buatmu”
“Aku mungkin tidak bisa menjadi Istri yang baik buatmu, rudi. Tapi aku akan berjanji untuk selalu mendampingimu untuk mewujudkan janjimu”
Kata-kata yang diucapkan sewaktu Habibie menembak Ainun di atas becak.

“Ainun, aku berjanji akan membuatkanmu truk yang bisa terbang”
Sewaktu diatas pesawa menuju Jerman.
“Habibie, kamu orang yang paling keras kepala yang pernah kutemui. Tapi sekiranya dikehidupan akan datang saya tetap akan memilih untuk hidup bersamamu lagi”
Kata-kata Ainun, kepada Habibie sewaktu mengkhawatirkan Habibie yang jarang istrahat.

“Cinta tidak bisa didefinisikan dengan jelas, bahkan bila didefinisikan tidak menghasilkan (sesuatu) melainkan menambah kabur dan tidak jelas, (berarti) definisinya adalah adanya cinta itu sendiri.”
(Ibnul Qayyim Al Jauziah dalam Madarijus Salikin)

Komentar

Tulisan Populer

Kenangan Kambing

Entahlah kemarin pada saat selesai membaca sebuah novel berjudul Sepatu Dahlan yang ditulis oleh Krishna Pabichara, saya kemudian terkesan dengan semangat yang dimiliki oleh Dahlan dan Teman-temannya. Ada sebuah mozaik yang tertangkap oleh zaman dan akan terus terkenang oleh masa atas sebuah pencapaian mimpi anak manusia dan disertai dengan kerja keras. Banyak hal, banyak nilai yang dicatut dalam novel tersebut salah satu kata yang paling saya senangi dalam novel ini adalah “orang miskin cukup menjalani hidup dengan apa adanya”. Novel yang diangkat dari biografi hidup Dahlan Iskan (Menteri BUMN saat ini), walaupun begitu tetaplah cerita yang ditulisnya adalah sebuah fiksi yang ditambahkan bumbu tulisan disana-sini agar menarik tapi tetap memiliki keinginan kuat untuk menggambarkan kehidupan Dahlan Iskan, yang saat ini menjadi salah satu tokoh yang banyak menjadi inspirasi. Namun ada satu aktivitas Dahlan dalam cerita ini yang langsung memberi sebuah kenangan flashback bagi saya, ...

TANGKANAPO’: MENJADI GENERASI MILENIAL KOTA BAUBAU

Jika Dilan bilang rindu itu berat, justru menentukan pilihan politiklah yang berat. Gejala ini terdapat pada mereka generasi milenial, informasi begitu deras diperoleh namun tak begitu cukup memberi kesimpulan bagi generasi ini untuk menentukan pilihan politiknya kelak. Partisipasi dan rasionalitas terhadap lingkungan mereka cukup besar, akan tetapi menjadi apatis terhadap struktur bernegara juga begitu menghantui. **

Perempuan Yang Menolak Kalah

Lokasi Foto: Pelabuhan Feri Mawasangka, Buton Tengah Seringkali orang-orang hebat itu, bukan berasal dari kilaunya lampu kamera, ramainya kemunculannya pada televisi atau riuhnya sorak sorai orang-orang saat ia muncul. Tapi, kadang kala orang-orang hebat itu berada di tempat yang sunyi, jarang dilewati kebanyakan orang bahkan pada tempat yang seringkali tidak sadari. Mereka terus bergerak, memberi nilai, merubah keadaan dan mencipta keajaiban kecil bagi lingkungannya. Pada beberapa bulan lalu saya berkunjung ke panti asuhan yang sekaligus pesantren Al Ikhlas, Kaisabu. Seperti biasa, turun dari kendaraan saya bertanya pada salah seorang anak disitu. Ustad mana? Ia jawab, di dalam ada ummi. Lalu saya masuk, bertemu ummi. Pertanyaan pertama setelah mengenalkan diri, saya tanya "ummi, ustad mana?". Beliau terpaku sebentar, lalu tersenyum kemudian menjawab "ustad sudah tidak ada". Ada titik bening disudut mata beliau. Saya kembali bertanya,"maksudnya ummi?". ...