Langsung ke konten utama

Ketika 22 Desember



Engkau tidak pernah mengatakan "tidak"
Selalu saja ada alasan untuk memberi optimisme pada anakmu
Walaupun ketika kami selalu melupa kondisimu,
Engkau tak pernah menghitung berapa  yang dikeluarkan untuk kami,
Seseorang yang kusebut MAMA....

Setiap tanggal 22 desember, orang-orang menyebutnya dengan Hari Ibu. entah kenapa beberapa tahun ini saya selalu tidak sepakat dengan sombolisme ini. Alasanya sederhana, sama seperti perayaan hari-hari lainya misalnya Hari Pahlawan, Hari Anak, Hari dan lain-lain. entah kenapa, walaupun memang alasannya untuk mengenang suatu kejadian besar pada hari itu. namun tetap saja bahwa menurut saya perayaan ini hanya menjadi batasan-batasan buat kita mengenang. contohnya adalah peringatah hari pahlawan, dimana jasa para pahlawan hanya dikenang untuk hari itu saja, lalu hari-hari berikutnya bagaimana? pertanyaan itu yang selalu muncul untuk perayaan ini.

Saat ini (maksudnya tuulisan ini saya dedikasikan), bukan kemudian saya menyangkal tetang adanya hari Ibu. karena saya percaya bahwa tiap hari adalah hari Ibu. dengan adanya perayaan hari Ibu pada tanggal tertentu, bukankah sama saja bahwa kita mengingat apa yang dilakukan ibu pada hari itu saja?. Saya tidak sepaham dengan itu bukan karena sejarahnya, yang memang saya sendiri tidak mendukung alasan  untuk melakukan itu. Sejarah Hari Ibu lihat disini, dan pahamilah.

Menarik yang disebut oleh senior saya mengenai, hari ini. bahwa hari ini adalah saat yang baik untuk meminta maaf dan ridho di Ibu, karena surga ditelapak kaki Ibu. saya sepakat dengan hal itu, bahwa sebagian besar orang saat ini bisa jadi sedang melakukan Doa untuk Ibunya masing-masing. Bisa jadi ketika kita saat ini Ibu akan menjadi catatan yang paling banyak dicatat oleh malaikat hari ini. Ikut merayakan dengan mendoakan Ibu tidak salah kan? namun untuk membatasi bahwa mendoakan dan memberikan Cinta kita untuk Ibu hanya untuk hari ini saja tentu saja tidak.

Saya ingin mengatakan ini untukmu :

Ketika orang2 menyebut hari ini adalah untuk merayakan harimu, tapi menurutku kamu tidak terbatas pada simbolisme yang dibuat itu. kamu adalah hari2ku, setiap 5 kali dalam tiap doaku saya tidak pernah melupa namamu yang kuselip diantara rahman dan rahimNya nama-namaNya. sekedar melakukan sesuatu untuk kecintaanmu pada ibu, begitu kata mereka. tapi apa iya? karena hari ini lalu aku harus mencintaimu? lalu hari2 selanjutnya? hmmm...saya tdak mau, bagiku cintaku padamu untuk tiap hari2ku, karena kutahu cintamu padaku bahkan tak terbatas pada hari apa, dmana dan kapan yang kau beri padaku. yang kulakukan tentu tak sebanding dengan kecintaamu padaku, tapi saya ingin mendekati saja hal itu dengan ini. 
Aku mencintaimu tidak melalui simbol hari2, tapi engkaulah hari2, jam2,menit2 dan detik......mama.
semoga kamu sehat hari ini, mama :)

#ketika22desember

Salam buat Mama- Mama sedunia....

Gambar dari sini

Komentar

Tulisan Populer

JANGAN MENGUTUK SEPI DI TENGAH KERAMAIAN

Merasa sepi adalah bagian dari esensi kepemilikan rasa oleh manusia, namun terkadang perasaan sepi menjadi bagian penghalang terhadap sesuatu yang lebih produktif. Perasaan sepi setidaknya pernah dirasa oleh setiap manusia. Berbagai macam alasan bisa muncul dari adanya perasaan sepi ini, mulai dari sesuatu yang termiliki hingga sesuatu yang menyangkut posisi keberadaan makhluk. Namun perasaan sepi dimaksud disini adalah perasaan sepi yang lain, bukan karena kesendirian disuatu tempat, tapi lebih menyangkut sesuatu yang termiliki dalam rasa (baca: hati).

Nyanyian Bocah Tepi Pantai

Gambar disini Diantara bagian pulau yang menjorok kelaut, terselip sebuah kehidupan manusia sederhana. Bocah-bocah manusia yang menggambar masa depannya melalui langkah-langkah diatas pasir, mempelajari kehidupan dari nyanyian angin laut, dan menulisakan kisah melalui deburan ombak yang mengajari menggaris tepi daratan dengan buihnya. Hari-harinya dilakukan dilaut, berkomunikasi dengan laut sekitar. Setiap hal diberikan oleh laut, kecuali sesuatu yang selalu dinantikan mereka, sesuatu yang selalu dinanti anak manusia dalam hidup, dan menjadi kehidupan bagi generasinya mendatang, yakni sesuatu yang berwujud kesempatan. Kesempatan yang disebut kasih sayang Ina’ [1] mereka.