Langsung ke konten utama

Tentang Disleksia dan Kemalasan Belajar



Mungkin orang mengira kesulitan dalam belajar itu, karena disebabkan oleh kenakalan atau kemalasan seseorang. Padahal jika ini kemudian ditelisik asal usulnya, maka bisa kita temukan hal ini sebagai sebuah kelainan psikologis. Jadi terkadang kita memarahi seseorang atau seorang anak misalnya yang sulit menangkap pelajaran, dengan menyebutnya anak yang bodoh, atau malas belajar bisa jadi adalah salah besar. kita saja yang belum mengerti tentang keunikan yang dimiliki oleh seseorang, ingat bahwa setiap orang itu cerdas yang berbeda hanya bagaimana dia menggunakan waktunya.


Dua hari yang lalu, saya [kembali] menonton film India berjudul Tara Zameen Par yang mengangkat fenomena anak yang sulit menangkap pelajaran. Entah sudah kesekian kalinya saya menonton film ini, tapi tetap saja ada keharuan dan pencerahan baru setiap kali menontonnya. Bahwa setiap anak itu adalah speseial, ia layaknya bintang di langit. Film ini berkisah tentang seorang anak yang menderita Diksleksia,  namun keluarga dan guru-guru disekolahnya menuduhnya sebagai anak yang nakal dan malas belajar. Padahal anak ini pandai dalam melukis, imajinasinya tak terbatas. Dia sangat akrab dengan kakaknya, dan kakaknya inilah juga yang selalu membelanya.

Nah, biar tidak terlalu jauh subjektifitas saya dalam merangkai cerita film ini. ini akan saya tampikan sinopsis yang berasal dari Wikipiedia mengenai Film Tara Zameen Par.

Sinopsis
Film ini dirilis 7 desember 2007, yakni sekitar 5 tahun lalu. Berkisah tentang Ishaan (Darsheel Safary) merupakan siswa kelas 3 yang 'payah' dalam urusan apapun di sekolahnya. Itu karena dia tidak bisa membaca dan menulis. Dia selalu melihat dunia dengan imajinasinya. Setiap pelajaran mendapat nilai jelek, yang membuat guru-gurunya geram. Terlebih lagi dia sering membolos sekolah. Ishaan dicap sebagai anak pemalas, nakal, dan idiot.

Puncaknya, orang tua Ishaan memindahkannya ke sekolah berasrama. Namun di sekolah yang disiplin dan tegas tersebut, dia tetap mendapat nilai yang buruk dalam semua mata pelajaran yang membuatnya depresi. Dia juga merasa sedih karena harus tinggal jauh dari keluarganya. Sampai akhirnya ada seorang guru baru bernama Ram Shankar Nikumbh (Aamir Khan).

Guru Baru ini mempunyai cara mendidik baru. Tidak seperti guru lain yang mengikuti norma yang ada dalam mendidik anak-anak, Ram membuat mereka berpikir keluar dari buku-buku, diluar empat dinding kelas dan mengekplorasi imajinasi mereka. Setiap anak di kelas merespon dengan antusiasme yang besar kecuali Ishaan. Ram menyadari bahwa Ishaan menderita penyakit penderitaan anak disleksia. Ram kemudian berusaha untuk memahami Ishaan dan masalah-masalahnya. Dia membuat orangtua dan guru Ishaan lainnya menyadari bahwa Ishaan bukan anak yang abnormal, tetapi anak yang sangat khsus dengan bakat sendiri. Setiap anak itu terlahir unik dan istimewa, katanya. Dengan waktu, kesabaran dan perawatan Ram berhasil dalam mendorong tingkat kepercayaan Ishaan. Dia membantu Ishaan dalam mengatasi masalah pelajarannya dan kembali menemukan kepercayaan yang hilang.

Film ini  disutradarai dan diproduseri sendiri oleh Aamir Khan, dan cerita ditulis oleh Amole Gupte (merangkap sebagai Creative Director). Pemain didalamnya adalah : Aamir Khan sebagai Ram Shankar Nikumbh, Darsheel Safary sebagai Ishaan Awasthi, Tisca Chopra sebagai Maya Awasthi/Mamanya Ishaan, Vipin Sharma sebagai Nandkishore Awasthi/Papa Ishaan, Tanay Chheda sebagai Rajan Damodran, Sachet Engineer sebagai Yohaan Awasthi/Dada/ Kakaknya Ishaan, Lalita Lajmi sebagai diri sendiri (Juri kompetisi menggambar)

Kembali ke persoalan disleksia dan kemalasan belajar. Memang seringkali kita tidak menyadari kondisi ini terjadi pada anak-anak. Namun begitu, seperti jargonya bahwa setiap anak adalah spesial. Dan Allah Swt menciptakan manusia itu sebaik-baiknya (Qs.At-Tin), maka ketika hal ini terjadi pada anak disekitar kita, jangan risau karena satu hal ditutup oleh Allah Swt namun banyak hal lainya di buka olehNya. Seperti Ishaan dalam film ini, ketika dia kesulitan dalam pelajaran dan membaca ternyata dia anak yang sukses dalam melukis. Dicontohkan juga bahwa penderita disleksia yang kemudian menjadi penemu besar seperti Albert Einsten dan Thomas Alfa edison.

Mari Mengenal Disleksia

Istilah disleksia berasal dari bahasa Yunani, yakni dys yang berarti sulit dalam dan lex berasal dari legein, yang artinya berbicara. Jadi secara harfiah, disleksia berarti kesulitan yang berhubungan dengan kata atau simbol-simbol tulis. Kelainan ini disebabkan oleh ketidakmampuan dalam menghubungkan antara lisan dan tertulis, atau kesulitan mengenal hubungan antara suara dan kata secara tertulis.

Bryan & Bryan (dalam Abdurrahman, 1999: 204), menyebut disleksia sebagai suatu sindroma kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat, mengintegrasikan komponen-komponen kata dan kalimat dan dalam belajar segala sesuatau yang berkenaan dengan waktu, arah dan masa. Sedangkan, menurut Lerner seperti di kutip oleh Mercer (1979: 200), mendefinisikan kesulitan belajar membaca sangat bervariasi, tetapi semuanya menunjuk pada adanya gangguan fungsi otak.

Pada kenyataannya, kesulitan membaca dialami oleh 2-8% anak sekolah dasar. Sebuah kondisi, dimana ketika anak atau siswa tidak lancar atau ragu-ragu dalam membaca; membaca tanpa irama (monoton), sulit mengeja, kekeliruan mengenal kata; penghilangan, penyisipan, pembalikan, salah ucap, pengubahan tempat, dan membaca tersentak-sentak, kesulitan memahami; tema paragraf atau cerita, banyak keliru menjawab pertanyaan yang terkait dengan bacaan; serta pola membaca yang tidak wajar pada anak.

Karakteristik disleksia
Ada empat kelompok karakteristik kesulitan belajar membaca, yaitu kebiasaan membaca, kekeliruan mengenal kata, kekeliruan pemahaman, dan gejala-gejala serba aneka, (Mercer, 1983) .Dalam kebiasaan membaca anak yang mengalami kesulitan belajr membaca sering tampak hal-hal yang tidak wajar, sering menampakkan ketegangannya seperti mengernyitkan kening, gelisah, irama suara meninggi, atau menggigit bibir. Mereka juga merasakan perasaan yang tidak aman dalam dirinya yang ditandai dengan perilaku menolak untuk membaca, menangis, atau melawan guru. Pada saat mereka membaca sering kali kehilangan jejak sehingga sering terjadi pengulangan atau ada barisyang terlompat tidak terbaca.

Dalam kekeliruan mengenal kata ini memcakup penghilangan, penyisipan, penggantian, pembalikan, salah ucap, perubahan tempat, tidak mengenal kata, dan tersentak-sentak ketika membaca.Kekeliruan memahami bacaan tampak pada banyaknya kekeliruan dalam menjawab pertanyaan yang terkait dengan bacaan, tidak mampu mengurutkan cerita yang dibaca, dan tidak mampu memahami tema bacaan yang telah dibaca. Gejala serb aneka tampak seperti membaca kata demi kata, membaca dengan penuh ketegangan, dan membaca dengan penekanan yang tidak tepat.


Gejala
Gejala disleksia, anak memiliki kemampuan membaca di bawah kemampuan yang seharusnya dilihat dari tingkat inteligensia, usia dan pendidikannya. Hal ini dikarenakan keterbatasan otak mengolah dan memproses informasi tersebut. Disleksiamerupakan kesalahan pada proses kognitif anak ketika menerima informasi saat membaca buku atau tulisan.
Jika pada anak normal kemampuan membaca sudah muncul sejak usia enam atau tujuh tahun, tidak demikian halnya dengan anak disleksia. Sampai usia 12 tahun kadang mereka masih belum lancar membaca. Kesulitan ini dapat terdeteksi ketika anak memasuki bangku sekolah dasar.

Ciri-ciri disleksia:
  1. v  Sulit mengeja dengan benar. Satu kata bisa berulangkali diucapkan dengan bermacam ucapan.
  2. v  Sulit mengeja kata atau suku kata yang bentuknya serupa, misal: b-d, u-n, atau m-n.
  3. v   Ketika membaca anak sering salah melanjutkan ke paragraph berikutnya atau tidak berurutan.
  4. v  Kesulitan mengurutkan huruf-huruf dalam kata.
  5. v  Kesalahan mengeja yang dilakukan terus-menerus. Misalnya kata pelajaran diucapkan menjadi perjalanan.


Pelajaran
Banyak faktor yang menjadi penyebab disleksia antara lain genetis, problem pendengaran sejak bayi yang tidak terdeteksi sehingga mengganggu kemampuan bahasanya, dan faktor kombinasi keduanya. Namun, disleksia bukanlah kelainan yang tidak dapat disembuhkan. Hal paling penting adalah anak disleksia harus memiliki metode belajar yang sesuai. Karena pada dasarnya setiap orang memiliki metode yang berbeda-beda, begitupun anak disleksia.

Nah, itu dia penjelasan tentang disleksia, memang tidak menjelaskan secara keseluruhan sih masih banyak kekurangan disana-sini. Namun begitu dari pelajaran yang bisa diambil terhadap Film tersebut dan juga fenomena disleksia ini, antara lain setiap anak adalah spesial, Allah Swt menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya jika dikurangi pada satu sisi maka akan dilebihkan olehNya pada sisi lainnya, bersyukurlah kita yang terlahir bukan sebagai pengidap disleksia. Karena tanpa penanganan yang baik terhadap penderita ini, sama saja akan tetap memelihara kesulitan belajar dari anak penderita penyakit ini.

Lalu kaitannya dengan kemalasan belajar adalah jangan lali untuk bersyukur. Kita di berikan kemampuan yang baik, fisik yang sehat, pemikiran yang jernih lalu tidak kita pergunakan dengan baik untuk hal-hal bermanfaat. Ketika kita tidak mampu untuk berbuat seperti itu, lalu apa bedanya kita dengan penderita disleksia? Atau dengan malas belajar maka secara tidak sengaja memposisikan diri kita sebagai penderita disleksia?. Maka dari itu saudaraku mari belajar dan terus belajar dan menjadilah manfaat bagi lingkungan sekitar.
Alluhumma amin...

Surakarta, 27/12/2012

sumber: disini



Komentar

Tulisan Populer

JANGAN MENGUTUK SEPI DI TENGAH KERAMAIAN

Merasa sepi adalah bagian dari esensi kepemilikan rasa oleh manusia, namun terkadang perasaan sepi menjadi bagian penghalang terhadap sesuatu yang lebih produktif. Perasaan sepi setidaknya pernah dirasa oleh setiap manusia. Berbagai macam alasan bisa muncul dari adanya perasaan sepi ini, mulai dari sesuatu yang termiliki hingga sesuatu yang menyangkut posisi keberadaan makhluk. Namun perasaan sepi dimaksud disini adalah perasaan sepi yang lain, bukan karena kesendirian disuatu tempat, tapi lebih menyangkut sesuatu yang termiliki dalam rasa (baca: hati).

Nyanyian Bocah Tepi Pantai

Gambar disini Diantara bagian pulau yang menjorok kelaut, terselip sebuah kehidupan manusia sederhana. Bocah-bocah manusia yang menggambar masa depannya melalui langkah-langkah diatas pasir, mempelajari kehidupan dari nyanyian angin laut, dan menulisakan kisah melalui deburan ombak yang mengajari menggaris tepi daratan dengan buihnya. Hari-harinya dilakukan dilaut, berkomunikasi dengan laut sekitar. Setiap hal diberikan oleh laut, kecuali sesuatu yang selalu dinantikan mereka, sesuatu yang selalu dinanti anak manusia dalam hidup, dan menjadi kehidupan bagi generasinya mendatang, yakni sesuatu yang berwujud kesempatan. Kesempatan yang disebut kasih sayang Ina’ [1] mereka.