![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuTBVDgp4nPFmBSA5wWwPigN9oBMpqQFnWsVdAFW1ebIZRu7vdYAGg9Mrov2rDXbJbnpqEq7MNZJKHG0Bkki6a9qIvai_CjouKt61GzwP42iVN-hZPgYgumYH14MlE7Wx0Pt7eq9JorjGs/s320/2.jpg)
Berdiriku dalam ruang, yang hanya dapat memandang bisu dan angkuhnya, diantara orang-orang yang semakin dendam ketika bulan mulai menua, dihembusan udara yang kian menyesakkan bagi setiap jejaring dalam urat-urat nadi kemanusiaan dan cinta kasih. Semut-semut yang masih tetap setia dalam menyapa sebangsanya. Dalam langkahku yang semakin tatih di belakangmu.
Ketika ku mencoba menghilang atau menghilangkan bayangmu, ku tak pernah menyadari kenapa kubertahan hingga kini, dalam sebuah dimensi hidup dan mati, yang telah melangkah dan mengalir dalam urat nadi dan menjadi sebuah alasan kenapa hari ini masih bisa ku menuliskan ini.
Penjaramu semakin menggerus nilai-nilai kewajaran, kumencari dalam bayang-bayang sesal, hanya kau menjadi sebab sekaligus menjadi akibat, kusetia pada setiap rasa yang masih terus kucoba, kucoba untuk meninggalkannya dalam keegoan dan alasan-alasan tak masuk akal bagiku. Apa boleh buat aku telah terpenjara dalam sisi imajinatif dirimu, yang menjadikan kewarasan sebagai ketidakwarasan dan kewajaran menjadi ketidakwajaran, kuterpenjara dalam jiwamu dalam sebuah jiwa yang kau kosongkan untukku……
Komentar