Langsung ke konten utama

Penjara Jiwa yang Kosong



Berdiriku dalam ruang, yang hanya dapat memandang bisu dan angkuhnya, diantara orang-orang yang semakin dendam ketika bulan mulai menua, dihembusan udara yang kian menyesakkan bagi setiap jejaring dalam urat-urat nadi kemanusiaan dan cinta kasih. Semut-semut yang masih tetap setia dalam menyapa sebangsanya. Dalam langkahku yang semakin tatih di belakangmu.

Ketika ku mencoba menghilang atau menghilangkan bayangmu, ku tak pernah menyadari kenapa kubertahan hingga kini, dalam sebuah dimensi hidup dan mati, yang telah melangkah dan mengalir dalam urat nadi dan menjadi sebuah alasan kenapa hari ini masih bisa ku menuliskan ini.

Penjaramu semakin menggerus nilai-nilai kewajaran, kumencari dalam bayang-bayang sesal, hanya kau menjadi sebab sekaligus menjadi akibat, kusetia pada setiap rasa yang masih terus kucoba, kucoba untuk meninggalkannya dalam keegoan dan alasan-alasan tak masuk akal bagiku. Apa boleh buat aku telah terpenjara dalam sisi imajinatif dirimu, yang menjadikan kewarasan sebagai ketidakwarasan dan kewajaran menjadi ketidakwajaran, kuterpenjara dalam jiwamu dalam sebuah jiwa yang kau kosongkan untukku……

Komentar

Tulisan Populer

Kenangan Kambing

Entahlah kemarin pada saat selesai membaca sebuah novel berjudul Sepatu Dahlan yang ditulis oleh Krishna Pabichara, saya kemudian terkesan dengan semangat yang dimiliki oleh Dahlan dan Teman-temannya. Ada sebuah mozaik yang tertangkap oleh zaman dan akan terus terkenang oleh masa atas sebuah pencapaian mimpi anak manusia dan disertai dengan kerja keras. Banyak hal, banyak nilai yang dicatut dalam novel tersebut salah satu kata yang paling saya senangi dalam novel ini adalah “orang miskin cukup menjalani hidup dengan apa adanya”. Novel yang diangkat dari biografi hidup Dahlan Iskan (Menteri BUMN saat ini), walaupun begitu tetaplah cerita yang ditulisnya adalah sebuah fiksi yang ditambahkan bumbu tulisan disana-sini agar menarik tapi tetap memiliki keinginan kuat untuk menggambarkan kehidupan Dahlan Iskan, yang saat ini menjadi salah satu tokoh yang banyak menjadi inspirasi. Namun ada satu aktivitas Dahlan dalam cerita ini yang langsung memberi sebuah kenangan flashback bagi saya, ...

Joint International Community and Cultural Program

Selama seminggu yang lalu, 4 sampai 11 Februari 2018 Universitas Muhammadiyah Buton menjejak langkah Internasional. Dengan menyelenggarakan program yang diikui oleh mahasiswa asal tiongkok. Tepatnya Guangxi University For Nationalities yang kini juga tengah menjalani program bahasa indonesia di Universitas Ahmad Dahlan. Sebagai kelas internasional pertama kalinya, ini tantangan bagi Kantor Urusan Internasional UM. Buton dalam melaksanakan program ini. Mulai dari mengenal kampus, belajar bahasa wolio, menyaksikan aktivitas petani rumput laut sampai bagang kerang mutiara, belajar menenun, mengikuti prosesi posuo, mengikuti gelaran kande-kandea sampai mengenal budaya buton serta pariwisatanya. Harapan besar tersemat dalam program ini, menjadi kunci pintu bagi upaya internasionalisasi Universitas Muhammadiyah Buton. Jika hari ini visi UM. Buton adalah Unggul Membangun Prestasi, tentu bukan capaian apa yang sudah diraih, namun bagaimana proses-proses yang tengah menjalin menuju visi terse...

Heyyy....Mau menuliskan apa?

Setiap penulis mungkin pernah mengalami ini, walaupun saya bukan penulis namun saya suka membaca sebuah tulisan. entah untuk kategori ini akan disebut sebagai apa, hanya saja ketika saya mulai menulis pasti sangat dipengaruhi oleh apa yang baru saja saya baca. block writer istilah mudahnya kemandekan dalam menulis, itulah saya kini. saya bisanya (atau ada perjanjian sama diri sendiri untuk menuliskan apa saja tiap minggu) namun akhir-akhir ini sulit untuk menuliskan sesuatu. heyy..lagi-lagi bingung ingin menuliskan apa. Memang kesibukan bukan alasan untuk tidak menulis kan?, toh ketika di sela-sela tugas saya masih bisa menulis sesuatu (itu beberapa bulan lalu) tapi sekarang, entahlah... Menulis? mau menulis apa lagi?