Langsung ke konten utama

Sang Pencuri Kasih



Terbukanya mata memandang sebuah aliran deras kehidupan yang bermula, alam yang kini menyambangi dan memberikan sinyal dengan mentari, memekikkan dentuman suara kokokan ayam yang gembira dengan hari itu, sekumpulan manusia yang hadir dalam berbagai keresahan menjadikan dirinya selalu waspada bahkan terhadap dirinya sendiri.

Tapakannya menandakan keteguhannya dalam menghadapi sebuah kehidupan yang keras, walaupun dia menyadari sebuah kesalahan social yang akan dilakukannya ini namun dia masih percaya dengan Tuhan yang mengetahui apa yang ada di dalam hati seseorang. Belitan struktur kehidupan yang dibuat atas dasar ingin memberikan keadilan yang di terjemahkan secara sempit oleh beberapa orang yang dipundaknya terdapat hiasan yang diberikan oleh Negara atas apa yang dilakukannya atau yang dimanipulasinya.

Teringat dalam benaknya anak istri yang sigap menantinya dari sebuah pergumulan kesalahan yang kebanyakan orang bilang seperti itu, namun baginya ini adalah alternative jalan baginya ketika semua usaha yang oleh ulama dianggap sebagai jalan yang halal, bukannya dia tidak mengetahui yang halal dan haram hanya saja posisinya saat ini mewujudkan dirinya sebagai sosok yang apatis terhadap itu, apa yang ingin kau ceramahkan tentang halal-haram ketika perut anak dan istriku tak ingin kompromi dengan ceramahmu dan panas anakku tak terkompreskan dengan kata-katamu yang menjadikannya enakan.

Tersembul dalam dirinya pergumulan antara niat malaikat dan perbuatan setan, menjadikan dirinya terpojok dalam sudut penantian yang dirinya sendiri bingung untuk mengadukannya kepada sosok Negara yang kini mengakui dirinya sebagai bagian dari warganya, hanya saja ketika kakinya masih saja mempertanyakan seperti apa yang dikerjakan, seakan kembali menelusuk hingga dalam relung kehidupannya tentang hidup yang mesti dipertanggungjawabkannya kepada Tuhan sebagai seorang kepala keluarga.

Pun apa yang dikerjakannya hari ini adalah kehendak dari Tuhan percaya begitu, seakan sebuah kesalahan tak terampuni bagi komunitas social atau hanya pelampiasan hasrat atas kesalahan ataupun dosa-dosa orang yang menjadikan dirinya sebagai bagian dari penguasa di beberapa tempat, seorang manusia yang sedang mempertahankan nilai kemanusiaan dirinya dan keluarganya dihakimi tanpa rasa kemanusiaan dengan alasan mengganggu kehidupan kemanusiaan disisi yang lainnya, ibarat manusia menghakimi manusia tanpa kemanusiaan ketimbang tikus yang menjelma dalam tubuh manusia hanya karena cermin materi yang mampu dibuatnya menjadikannya dewa diatas manusia yang lain, menjadikan manusia hanya berwujud dalam masyarakat yang kecil dan rakyat yang terpinggirkan. Dan hokum bersembunyi dalam jubah kemunafikan duniawi sedangkan keadilan hanya termanifestasi dalam nilai materil suatu benda.

Komentar

Tulisan Populer

Kenangan Kambing

Entahlah kemarin pada saat selesai membaca sebuah novel berjudul Sepatu Dahlan yang ditulis oleh Krishna Pabichara, saya kemudian terkesan dengan semangat yang dimiliki oleh Dahlan dan Teman-temannya. Ada sebuah mozaik yang tertangkap oleh zaman dan akan terus terkenang oleh masa atas sebuah pencapaian mimpi anak manusia dan disertai dengan kerja keras. Banyak hal, banyak nilai yang dicatut dalam novel tersebut salah satu kata yang paling saya senangi dalam novel ini adalah “orang miskin cukup menjalani hidup dengan apa adanya”. Novel yang diangkat dari biografi hidup Dahlan Iskan (Menteri BUMN saat ini), walaupun begitu tetaplah cerita yang ditulisnya adalah sebuah fiksi yang ditambahkan bumbu tulisan disana-sini agar menarik tapi tetap memiliki keinginan kuat untuk menggambarkan kehidupan Dahlan Iskan, yang saat ini menjadi salah satu tokoh yang banyak menjadi inspirasi. Namun ada satu aktivitas Dahlan dalam cerita ini yang langsung memberi sebuah kenangan flashback bagi saya, ...

TANGKANAPO’: MENJADI GENERASI MILENIAL KOTA BAUBAU

Jika Dilan bilang rindu itu berat, justru menentukan pilihan politiklah yang berat. Gejala ini terdapat pada mereka generasi milenial, informasi begitu deras diperoleh namun tak begitu cukup memberi kesimpulan bagi generasi ini untuk menentukan pilihan politiknya kelak. Partisipasi dan rasionalitas terhadap lingkungan mereka cukup besar, akan tetapi menjadi apatis terhadap struktur bernegara juga begitu menghantui. **

Perempuan Yang Menolak Kalah

Lokasi Foto: Pelabuhan Feri Mawasangka, Buton Tengah Seringkali orang-orang hebat itu, bukan berasal dari kilaunya lampu kamera, ramainya kemunculannya pada televisi atau riuhnya sorak sorai orang-orang saat ia muncul. Tapi, kadang kala orang-orang hebat itu berada di tempat yang sunyi, jarang dilewati kebanyakan orang bahkan pada tempat yang seringkali tidak sadari. Mereka terus bergerak, memberi nilai, merubah keadaan dan mencipta keajaiban kecil bagi lingkungannya. Pada beberapa bulan lalu saya berkunjung ke panti asuhan yang sekaligus pesantren Al Ikhlas, Kaisabu. Seperti biasa, turun dari kendaraan saya bertanya pada salah seorang anak disitu. Ustad mana? Ia jawab, di dalam ada ummi. Lalu saya masuk, bertemu ummi. Pertanyaan pertama setelah mengenalkan diri, saya tanya "ummi, ustad mana?". Beliau terpaku sebentar, lalu tersenyum kemudian menjawab "ustad sudah tidak ada". Ada titik bening disudut mata beliau. Saya kembali bertanya,"maksudnya ummi?". ...