Ini bukan tentang hayati, tapi orang lain. Hayati hanya buat keperluan judul aja.
Namanya Ibu Nurdiana, pelaku usaha membuat kripik. Kalau kita ramah mendengar kripik berbahan dari pisang, ubi, mungkin beberapa sayuran, ini kripik dengan berbahan dasar Umbi Gadung. Umbi ini sering juga disebut Umbi hutan, beracun dan memiliki beberapa senyawa tertentu yang bisa membuat “teller” siapapun yang memakannya, tanpa diolah.
Tahu tentang tragedy kopi sianida kan? Nah, dalam beberapa literature saya membawa kalau umbi ini juga mengandung senyawa sianida. Di beberapa hasil penelitian juga menuliskan kalau umbi ini dipakai buat racun untuk berburu binatang, atau sebagai pengontrol kehamilan. Tapi, oleh ibu nurdiana, ubi ini menjadi lebih berarti dan memiliki nilai.
Saya sendiri belum pernah merasakannya sendiri, kripik umbi gadung itu. Tapi dari cerita salah seorang teman itu enak. Beberapa waktu lalu, kami mencari rumah ibu nurdiana. Tidak susah menemukan rumahnya, cuman sedikit jauh dari Kota Baubau. tapi, saat itu stok umbi gadungnya habis. Katanya ada yang pesan dari Makassar minggu lalu, sisa stok terakhir. Dalam hati saya membatin, wahhh,,,hebat juga umbi yang dikatakan beracun ini kalau di olah bisa jadi usaha potensial juga.
Kuncinya adalah di bagaimana mengolahnya, umbi ini memang beracun namun jika ia bisa diolah dengan baik, maka akan memberikan nilai tambah yang positif bahkan bermanfaat bagi tubuh, karena kandungannya bukan hanya racun namun beberapa senyawa yang juga dibutuhkan oleh tubuh.
Dari Ibu Nurdiana, saya belajar sesuatu. Bahwa ini tentang bagaimana kita memandang dan mengolah apa yang kita lihat itu. Ini soal seperti apa kita memandang hidup kita sebagai manusia. Bahwa tidak ada yang cukup sulit atau tidak baik, dari bagian-bagian hidup kita saat ini. Jika kita mengelolanya dengan baik, justru akan member efek positif bagi kita.
Seperti misalnya, berikrar menjadi jomblo sampai halal (ciyeee). Disatu sisi, kadang disudutkan karena selalu sendiri atau kata-kata kekiniannya “jones”, pasti memiliki efek positifnya juga bagi kita. Tinggal bagaimana kita memandang dan mengelolanya menjadi lecutan positif untuk kita kedepannya. Kalau kata hayati kepada zainuddin “hujan pasti reda”, yaa…sama, jomblo juga pasti reda…ehhh maksudnya jumbo juga bakalan bertemu jodohnya kok.
Perbaiki diri sudah pasti, hanya jangan sampai itu diikuti juga dengan kata “hanya”. Jadinya kan hanya memperbaiki diri saja, tidak pake usaha. Jadi para jomblo (ini nasehat buat diri sendiri sih), selain memperbaiki diri juga berusaha mencari ya…asikk….hahaha…
Ibu Nurdiana, saja bisa mengubah umbi beracun menjadi lebih berarti dan bernilai ekonomis menjadi kripik. Masa kita tidak bisa mengubah jomblo jones menjadi lebih berarti, misalnya berubah menjadi sebutan “papa muda nan kece”….hahahah..
#FreeWriting
#RoenaBuriya
#ButonRayaEducare
#IniTiketKu
#RoenaBuriya
#ButonRayaEducare
#IniTiketKu
Komentar