Langsung ke konten utama

Sesuatu yang Tidak Terkatakan



Lebaran Idul Adha tahun ini (2013 M/1434 H) agak berbeda dengan serangkaian perayaan yang selalu saya jalani, entahlah ini rasa apa dan bagaimana. Hanya saja ada sebuah kerinduan yang menelisik masuk dalam pikiran dan membuka perasaan ini (agak lebay ya..). padahal ini bukan pertama kali merayakan lebaran Idul Adha tidak dengan keluarga besar di daerah, namun ada sesuatu yang berbeda dalam rasa kali ini.

Ceritanya cukup biasa sebenarnya, namun cukup membuat saya berpikir bahwa mereka disana cukup perhatian walaupun tak pernah dikatakan secara langsung. Hal ini berawal ketika malam harinya, saya sempat bercanda dengan adik saya bahwa disini sepi, para anak kost lainnya pulang kampung dan tinggallah saya sendiri. Dari bercandaan itu, saya merasakan sesuatu yang lain dari apa yang dikatakan adik saya, sebuah perhatian yang tidak bisa dikatakannya secara langsung, namun dia peduli. Perasaan yang seringkali saya tidak pahami dari dia.

Kedua, adalah pada saat setelah sholat Id. Saya kemudian mencoba menghubungi orang rumah. Setelah ngobrol beberapa saat, mereka tanya “jadi kamu makan apa mu itu, nak?”, saya jawab “ada indomie saya beli kemarin”. Lalu mama berkomentar “oh kasian anakku...sabar saja nak!”. Itu saja, namun ada sesuatu yang merangkai dalam kepala ini bahwa sekalipun kesulitan yang sedang dialami saya di daerah orang, ada sebuah kekuatan yang selalu tersalurkan dari daerah dan tidak pernah terkatakan.

Sepele memang kalau melihat konteks apa yang saya tuliskan ini, hanya saja seringkali saya atau mungkin sesuatu yang jamak terjadi dalam kehidupan kita adalah sebuah perhatian keluarga. Terkadang memang sesuatu itu lebih baik tidak terkatakan, karena bisa saja akan mengurangi substansi dari sesuatu tersebut. Memang kadang sesuatu yang sifatnya hanya bisa dirasakan tanpa melalui kata-kata mempunyai kekuatan yang lebih besar.

Saat itu kemudian saya belajar bahwa banyak hal yang belum sempat saya syukuri dari pencapaian hari ini, yang malah terkadang saya sendiri bertanya-tanya kenapa kondisi ini masih begini terus belum berubah. Namun setidaknya dua hal diatas menjadi spirit tersendiri bagi saya dalam menjalani semua ini, tidak di coba seorang hamba diluar dari kemampuannya, bukan?.

Pelajarannya kemudian, terkadang kita seringkali menafikan bahwa keluarga pilih kasih terhadap kondisi kita, sehingga kita kurang mampu menangkap sinyal kasih sayang yang di berikan mereka pada sesuatu yang berbeda dari keinginan kita, menurut saya bahkan sebuah kemarahan ataupun kecuekkan keluarga adalah bentuk perhatian mereka kepada kita, bentuk kasih sayang mereka kepada kita.


Hari ini, selalulah percaya kepada keluarga. Akan selalu ada kasih sayang yang bisa kau dapatkan dari keluarga, dalam bentuk apapun datangnya itu maka syukurilah semuanya. Seperti kata Spongesbob :”keluarga adalah tempat dimana terdapat orang-orang yang menyanyangi kita”. 

Komentar

Tulisan Populer

Katange dan Ekspresi Cinta Ala Orang Buton

Jika anda orang buton, tentu tak asing dengan istilah katange. Sedikit memberi penjelasan, bahwa katange itu sebutan untuk bingkisan makanan yang dibawa pulang oleh tamu setelah menghadiri hajatan. Nah, dalam beberapa hajatan masyarakat buton, biasanya katange ini menjadi aturan wajib bagi tamu untuk dibawa pulang. Pernah tinggal dan berinteraksi dengan orang jawa, selama beberapa tahun di solo untuk berkuliah. Saya pun mendapati hal seperti ini, hadiri tahlilan pulang-pulang di beri sekantong roti. Ini berkah bagi anak kost. Setidaknya kopi manis jomblo dipagi hari kita, kini gak jomblo lagi dengan kehadiran roti dari tahlilan. Entah namanya apa?, tapi di buton itu disebut katange. Saya paling suka bagian ini. Dahulu, ketika bapak atau kakek atau siapapun itu, selepas pulang dari hajatan (orang buton menyebutnya haroa) pasti menentenga tas plastik berisi macam-macam penganan khas orang buton. Sasaran incar saya, kalau bukan onde-onde yaaa....pisang goreng tanpa tepung, atau disebut

JANGAN MENGUTUK SEPI DI TENGAH KERAMAIAN

Merasa sepi adalah bagian dari esensi kepemilikan rasa oleh manusia, namun terkadang perasaan sepi menjadi bagian penghalang terhadap sesuatu yang lebih produktif. Perasaan sepi setidaknya pernah dirasa oleh setiap manusia. Berbagai macam alasan bisa muncul dari adanya perasaan sepi ini, mulai dari sesuatu yang termiliki hingga sesuatu yang menyangkut posisi keberadaan makhluk. Namun perasaan sepi dimaksud disini adalah perasaan sepi yang lain, bukan karena kesendirian disuatu tempat, tapi lebih menyangkut sesuatu yang termiliki dalam rasa (baca: hati).

Nyanyian Bocah Tepi Pantai

Gambar disini Diantara bagian pulau yang menjorok kelaut, terselip sebuah kehidupan manusia sederhana. Bocah-bocah manusia yang menggambar masa depannya melalui langkah-langkah diatas pasir, mempelajari kehidupan dari nyanyian angin laut, dan menulisakan kisah melalui deburan ombak yang mengajari menggaris tepi daratan dengan buihnya. Hari-harinya dilakukan dilaut, berkomunikasi dengan laut sekitar. Setiap hal diberikan oleh laut, kecuali sesuatu yang selalu dinantikan mereka, sesuatu yang selalu dinanti anak manusia dalam hidup, dan menjadi kehidupan bagi generasinya mendatang, yakni sesuatu yang berwujud kesempatan. Kesempatan yang disebut kasih sayang Ina’ [1] mereka.