Langsung ke konten utama

Sesak dan Perjuangan

"kta ada di kntr pos mi, ko ksinimi bs mi ambl nmr test orng",
kalimat diatas adalah sebuah sms dari kawan yang menggabarkan tentang nomor test, ditegaskan disini adalah nomor test untuk mengikuti seleksi penerimaan calon pegawai negeri sipil atau cpnsd. itulah pilihan untuk kali ini, masyarakat menengah disini yakni para sarjana yang telah lama menyandang gelarnya ataupun yang masih sangat muda dalam hal pencapaian itu berbondong-bondong mencoba peruntungan untuk mendaftar dalam posisi-posisi yang disiapkan di dalam pengumuman formasi cpnsd yang akan diterima tahun ini. saya lah salah satu dari sekian banyak orang-orang yang hari ini "menyempatkan" atau memang sengaja untuk "menyempatkan" waktunya untuk mengantri mengambil kartu nomor test yang dibagikan setelah beberapa saat lalu pengajuan berkas dilakukan. sebelumnya memang pengajuan berkas dilakukan nyaris sama ramainya dengan hari ini, kenapa saya mengatakan seperti ini? ya mungkin saja dari selebaran yang tertempel di jendela mengumumkan beberapa nama (sekitar 350an tidak lulus berkas.red)yang bisa kemudian dibilang lumayan banyak.
Terbesit dalam diri dari sekian banyak para pelamar ini dengan semangat yang sungguh luar biasa saya katakan disini, ditengah panas matahari dan ruang yang sempit untuk menunggu sebuah kertas yang didalamnya tercantum nama dan fotonya. itu bisa saya lihat dari upaya mereka dan bisa jadi beberapa tetes keringat yang mengucur di wajah-wajah optimisme orang-orang ini. wajar saja saya mengatakan seperti ini yang dimana biasanya topik pembicaraan tentang negara ini cuma seputar setuju tidak setuju dengan nada pesimisme yang terbawa-bawa didalamnya atau seperti sebuah anekdot tentang ilusi dalam relasi dominasi para elit dalam pencapaian-pencapaian sosial yang dianggap sebagai sebuah posisi terbaik di masyarakat kemudian dipakai sebagai alat untuk mengatakan bohong itu baik.
Setidaknya hari ini saya belajar sebuah label optimisme dari orang-orang ini yang dengan semangatnya menanti sebuah posisi yang di daerah posisi dimana saya berada sekarang tapi fenomena inipun terjadi hampir diseluruh daerah di negeri ini adalah atau bisa jadi posisi teratas dalam struktur pencapaian nilai sosial seseorang di masyarakat. kemungkinan itu tetap ada dengan simbol yang kemudian melekat ketika hal itu terjadi pada salah satu orang-orang ini yakni Pegawai Negeri Sipil (PNS). mereka seakan merangkak dalam perjuangan yang penuh sesak hanya untuk itu, mestinya ini menjadi sebuah potret rasa optimisme dalam negara ini, setidaknya itu bisa menjadi pembelajaran untuk saya dengan mengesampingkan kemungkinannya mereka dapat "bertarung
secara sportif" di test nantinya.
Dalam sebuah tulisan ini yang saya mencoba merefleksikan sebuah hal yang masih terus terjaga dalam bingkai kuasa namun para korban masih terus menjaga dalam bingkai optimisme untuk sebuah status yakni PNS, mengapa saya mengatakan demikian? ada sebuah realitas mendalam dan mengakar dalam seleksi cpnsd dan ini bukan lagi menjadi barang yang tersembunyi di bilik-bilik kecil kantor atau dilaci-laci meja birokrasi namun menjadi sebuah "gosip/issue" masyarakat manapun itu, sehingga melahirkan intu sebuah kewajaran aneh tapi nyata!.
ya...kenapa sebuah pembelajaran optimisme yang terbangun dari antusiasme orang-orang tadi kemudian teleburkan dalam sebuah stigmatisasi "titipan", mungkin sebagian besar masyarakat sudah tahu bagaimana permainan yang terjalani di dalam seleksi penerimaan tersebut atau yang saya sering katakan ke kawan-kawan adalah sebuah pertarungan yang hasilnya sudah diketahui oleh mereka yang punya akses ke "birokrasi". saya jadi teringat dalam sebuah teori ekonomi yang dikemukakan oleh Adam Smith tentang "Invisible hand" seperti itulah fenomena ini bekerja. tapi untuk orang-orang ini mungkin terbangun dalam benak mereka walaupun sudah mengetahui hal ini akan seperti tadi ada sebuah kata "kami memang tidak siap untuk menang tapi kami siap bertarung".
Banyak tersebar di media massa dan elektronik berapa duit yang mesti para calon PNSD ini berkorban untuk mendapatkan status tersebut, bahkan ada yang hingga terang-terangan menjual hal ini mencapai beberapa juta atau bisa jadi ratusan juta untuk satu posisi. namun inilah yang terus terjadi para korban yang terus jadi korban dan para pelaku yang terus menjadi pelaku sebuah siklus merusak yang terus terjaga dalam singgasana kekuasaan. padahal masalah ketenagakerjaan di negeri ini terus-terusan menjadi sorotan beberapa kalangan namun dia masih saja terus bertahan.
setidaknya hari ini saya pun menjadi pelaku dalam kontestasi ini, harapku tentunya selain dari sebuah pembelajaran dari optimisme luar biasa yang ditunjukkan mereka dan menyesakkan ruangan kantor pos yang secukupnya tersebut, inilah makna sebuah kesesakan yang terpenuhi oleh semangat perjuangan tadi. yang jelas Tuhan masih tetap ada untuk orang-orang yang senantiasa berada di jalanNya dan kami mengharapkan bimbingan dariNya untuk itu. maka untuk hari ini ketika kau berada di manapun itu kau mesti menjadi stimulus perubahan bagi sebuah sistem yang tidak menerima masyarakat kecil (wong cilik) di sekitarmu,.....tetap berusaha aja pesan saya bagi kawan-kawan sekalian yang hari ini telah dengan semangat untuk mengantri kartu testnya dan setumpuk optimisme yang dipakainya untuk melawan kondisi kuasa yang cenderung koruptif dibungkus kolusi dan diisi dengan nepotisme ini.
katakan pada mereka yang berkuasa :
"kami memang tidak siap untuk menang dengan caramu tapi kami siap bertarung dengan cara yang biasa ataupun luar biasa"

senin malam,29/11/10
21.20
njk!

Komentar

Tulisan Populer

Katange dan Ekspresi Cinta Ala Orang Buton

Jika anda orang buton, tentu tak asing dengan istilah katange. Sedikit memberi penjelasan, bahwa katange itu sebutan untuk bingkisan makanan yang dibawa pulang oleh tamu setelah menghadiri hajatan. Nah, dalam beberapa hajatan masyarakat buton, biasanya katange ini menjadi aturan wajib bagi tamu untuk dibawa pulang. Pernah tinggal dan berinteraksi dengan orang jawa, selama beberapa tahun di solo untuk berkuliah. Saya pun mendapati hal seperti ini, hadiri tahlilan pulang-pulang di beri sekantong roti. Ini berkah bagi anak kost. Setidaknya kopi manis jomblo dipagi hari kita, kini gak jomblo lagi dengan kehadiran roti dari tahlilan. Entah namanya apa?, tapi di buton itu disebut katange. Saya paling suka bagian ini. Dahulu, ketika bapak atau kakek atau siapapun itu, selepas pulang dari hajatan (orang buton menyebutnya haroa) pasti menentenga tas plastik berisi macam-macam penganan khas orang buton. Sasaran incar saya, kalau bukan onde-onde yaaa....pisang goreng tanpa tepung, atau disebut

JANGAN MENGUTUK SEPI DI TENGAH KERAMAIAN

Merasa sepi adalah bagian dari esensi kepemilikan rasa oleh manusia, namun terkadang perasaan sepi menjadi bagian penghalang terhadap sesuatu yang lebih produktif. Perasaan sepi setidaknya pernah dirasa oleh setiap manusia. Berbagai macam alasan bisa muncul dari adanya perasaan sepi ini, mulai dari sesuatu yang termiliki hingga sesuatu yang menyangkut posisi keberadaan makhluk. Namun perasaan sepi dimaksud disini adalah perasaan sepi yang lain, bukan karena kesendirian disuatu tempat, tapi lebih menyangkut sesuatu yang termiliki dalam rasa (baca: hati).

Nyanyian Bocah Tepi Pantai

Gambar disini Diantara bagian pulau yang menjorok kelaut, terselip sebuah kehidupan manusia sederhana. Bocah-bocah manusia yang menggambar masa depannya melalui langkah-langkah diatas pasir, mempelajari kehidupan dari nyanyian angin laut, dan menulisakan kisah melalui deburan ombak yang mengajari menggaris tepi daratan dengan buihnya. Hari-harinya dilakukan dilaut, berkomunikasi dengan laut sekitar. Setiap hal diberikan oleh laut, kecuali sesuatu yang selalu dinantikan mereka, sesuatu yang selalu dinanti anak manusia dalam hidup, dan menjadi kehidupan bagi generasinya mendatang, yakni sesuatu yang berwujud kesempatan. Kesempatan yang disebut kasih sayang Ina’ [1] mereka.