Langsung ke konten utama

Jomblo yang memfatwa atas Fatwa Jomblo


Saya harus menuliskan ini, jika Fatimah Mernissi mengatakan ada relasi antar awet muda dan kegiatan menulis. Jadi, semakin rutin kita menulis maka semakin awet mudalah kita. Bisa anda buktikan sendiri, menulislah.

Nah dari situ, saya menuliskan ini. Membedah buku fatwa jomblo di kampus UM. Buton, dengan menulis fatwa dari saya yang jomblo dengan kriteria tertentu ini. Buat apa? Buat awet jomblo, ehh bukan buat awet muda lahhh.

Saya mencatat beberapa hal dari buku ini, bahwa jomblo juga memiliki ragam karakteristik. Mulai dari jomblo galau lalu jomblo istiqomah dan jomblo idealis serta jomblo idaman. Ini saya tulis atas dasar intuisi saya sih, pengalaman tentu adalah guru terbaik. Bahkan batuknya seorang jomblo, bisa menjadi cara kita memahami ia masuk karakteristik yang mana.

Terlepas dari itu, si papah muda dengan fatwa jomblonya mencoba mengarahkan pembacanya untuk memhami jomblo dengan caranya, lalu mengagit makna darinya lalu menjadikannya senarai pernyataan buat jomblo yang sedang memantaskan diri.

Buat itu, saya mau memfatwa isi pikiran papah muda dengan persepektif jomblo saja. Apa sebab?,  dari 5 pasal dalam buku ini ada 2 pasal yang bukan based on true story, tentu saya tidak mau coba-coba memfatwa dengan imajinasi.

Mari kita mulai, memfatwa si papah muda...bukan papa minta pulsa yaa..

Pertama, si papah secara “tidak sengaja” menuntun kita membuat kategori jomblo. Lalu masing-masing kategori punya penghayatan sendiri-sendiri. Apa iya?

Kedua, si papah secara sadar tengah memanfaatkan kesalahan berpikir yang disebut falacy determinisme paranoid. Apa itu? Si papah mengerjai kekhawatiran jomblo untuk memproduk pernyataan-pernyataan untuk mencoba memberi penguatan bagi jomblo. Ini positif, boleh jadi!

Diluar dari itu, si papah mungkin silap atau khilaf bahwa ada data cukup mencengangkan dari dinamika jomblo. Penasaran? Saya kasih dua hal yaa...

Pertama, BPS Indonesia merilis Indeks Kebahagiaan Masyarakat Indonesia dan kategori yang jomblo (jomblo istiqomah dan jomblo idealis) adalah kelompok paling bahagia dengan indek 71,53. Lalu, dari kategori itu, umur dibawah 24 tahun adalah yg paling bahagia.

kedua, Jepang, negara dengan kemajuan teknologi dan budaya yang terpelihara itu. Menjadi negara yang anak mudanya doyan menjadi jomblo, menurut data ada sekitar 40 % pendudukanya rela untuk menjomblo. Alasannya, pekerjaan, pendidikan dan melaksanakan hobi mereka lebih prioritas ketimbang menjalin hubungan. Tapiii, jepang tengah berhadapan dengan krisis demografi, gerak kelahiran tidak sejalan dengan menuanya masyarakatnya.

Tuh kan, menjadi jomblo bukan melarut dalam ruang sepi lalu rela menjadi objek bullying?, Tapi menjadi jomblo juga bisa menjadi bermartabat, memantaskan diri lalu bergegas mencinta dengan taat.

Terakhir saya kutip pesan bang Fiersa Besari, dalam bukunya garis waktu:

“ Ketika Kehidupan Memberi Kita Episode Terburuknya

Jangan menyerah

Takkan selamanya kita terluka

Takkan selamanya kita berduka “

Saran saya, jika hari ini masih jomblo, maka buku ini tepat sebagai list 40 buku layak baca sebelum nikah. Jika sudah nikah, maka buku ini wajib ada dalam rak buku keluarga anda.

Komentar

Tulisan Populer

Kenangan Kambing

Entahlah kemarin pada saat selesai membaca sebuah novel berjudul Sepatu Dahlan yang ditulis oleh Krishna Pabichara, saya kemudian terkesan dengan semangat yang dimiliki oleh Dahlan dan Teman-temannya. Ada sebuah mozaik yang tertangkap oleh zaman dan akan terus terkenang oleh masa atas sebuah pencapaian mimpi anak manusia dan disertai dengan kerja keras. Banyak hal, banyak nilai yang dicatut dalam novel tersebut salah satu kata yang paling saya senangi dalam novel ini adalah “orang miskin cukup menjalani hidup dengan apa adanya”. Novel yang diangkat dari biografi hidup Dahlan Iskan (Menteri BUMN saat ini), walaupun begitu tetaplah cerita yang ditulisnya adalah sebuah fiksi yang ditambahkan bumbu tulisan disana-sini agar menarik tapi tetap memiliki keinginan kuat untuk menggambarkan kehidupan Dahlan Iskan, yang saat ini menjadi salah satu tokoh yang banyak menjadi inspirasi. Namun ada satu aktivitas Dahlan dalam cerita ini yang langsung memberi sebuah kenangan flashback bagi saya, ...

Tapak Pertama

Namanya Muhammad Syaifullah Al Mansur, mahasiswa semester 7 pendidikan agama islam Universitas Muhammadiyah Buton. Hari ini, ia menjadi tapak pertama aktivitas akademik mahasiswa skala internasional. Kuliah Kerja Amaliyah Internasional sebutannya. Sebelumnya, ada sedikit pihak yang meragukan ia untuk ikut program ini. Namun, ia begitu gigih untuk mengikuti program ini, bahkan sejumlah prasyarat untuk itu bersedia ia penuhi. Kami mencoba membantu, hingga urusan pasport yang akhirnya menjadi tahap akhir prasyarat yang ia penuhi. Selama duapuluh lima hari kedepan, ia akan berada di Sangkhom Islam Wittaya School Songkhla Thailand. Selama itu pula, ia akan mendemonstrasikan kemampuannya yang kini belum disadari oleh kita. Saya yakin, kondisi "ter-asing" akan memicu kemampuan maksimal seseorang. Seorang Cipu, panggilan akrab syaiful tentu akan berbeda setelah mengikuti program ini. Pengalaman bersama teman seposkonya yang semuanya cewek...eeehh. Maksudnya bukan itu, tapi bertemu...

Apa yang kita pelajari, dari organisasi?

Sebenarnya apa yang tengah kita pelajari dari terlibatnya kita dalam sebuah organisasi?, tentu saja banyak hal, bukan?. Termasuk kearifan dalam memahami perbedaan, kemampuan berkompetisi dalam gagasan dan juga memanfaatkan peluang untuk menjadi adaptif. Tapi, jika saja untuk mempertahankan eksistensi organisasi yang kita ada didalamnya dengan membatasi atau bahkan bermaksud "menghancurkan" organisasi lainnya. Maka sejatinya, organisasi tak jadi wadah pembelajaran bagi kita. Ia hanya menjadi penegas, bahwa pengetahuan kita tak beranjak kemana-mana. Catatan: Bisa jadi bahan, kuliah organisasi nih...